walaa tamsyi fii
l-ardhi marahan innaka lan takhriqa l-ardha walan tablugha ljibaala thuulaa QS
: AlIsra-37
Artinya :…..
dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu
tidak akan sampai setinggi gunung (37)
Satu sifat yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah
sombong. Sombong adalah menganggap dirinya besar dan memandang orang lain
hina/rendah.
Pengertian
Sombong adalah
membanggakan diri sendiri, mengganggap dirinya yang lebih dari yang lain.
Membuat dirinya terasa lebih berharga dan bermartabat sehingga dapat
menjelekkan orang lain.
Allah benci
dengan orang-orang yang sombong:
Firman Allah Q.S. Lukman (31) ayat 18
Artinya: dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Firman Allah Q.S. Lukman (31) ayat 18
Artinya: dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Ada empat bahaya Sombong
1. Memiliki rasa paling benar dan merasa menang sendiri. Penyebab perasaan orang ini karena kelebihan yang ada pada dirinya tanpa melihat bahwa orang lain juga memiliki kelebihan yang sama atau lebih baik. Merasa menjadi orang yang paling baik dan benar sehingga ia menjadi orang yang mau menang sendiri.
1. Memiliki rasa paling benar dan merasa menang sendiri. Penyebab perasaan orang ini karena kelebihan yang ada pada dirinya tanpa melihat bahwa orang lain juga memiliki kelebihan yang sama atau lebih baik. Merasa menjadi orang yang paling baik dan benar sehingga ia menjadi orang yang mau menang sendiri.
2. Tidak menyukai saran dan kritik dari orang lain
karena merasa sudah sempurna dan benar. Dia merasa tidak kurang satupun. Saran
pun sulit diterima maka kritik pun akan langsung dia tolak mentah-mentah dan
membenci dinasehati.
3. Tidak suka jika orang lain berhasil dan maju dari
dia. Setelah itu orang sombong akan menjadi iri hati terhadap orang lain yang
lebih hebat.
4. Menolak kebenaran yang ada meskipun dia sadar itu
benar. Orang ini akan membangkang terus saat kebenaran datang karena keras
hatinya akibat sombong.
“Sesungguhnya ada orang secara LAHIRIAH
terlihat berbuat AMAL AHLI SURGA, padahal ia AHLI NERAKA. Dan ada seseorang
yang secara LAHIRIAH ia berbuat AMAL AHLI NERAKA, padahal ia AHLI SURGA” ( HR
Bukhari & Muslim )
Ada sebuah kisah tentang seorang Alim Ulama
& Pelacur yg dihadapkan ke Pengadilan ALLAH azza wa jalla di hari akhirat
dimana mereka berdua dengan didampingi oleh malaikat atib & roqib menunggu
keputusan Allah apakah akan dimasukkan ke dalam Surga atau Neraka. Ketika
giliran ‘Alim ulama’ tersebut, Allah swt memerintahkan malaikatul Malik, ‘
Wahai Malik, campakkan orang ini ke dalam Neraka Jahannam.’
Saudara/i Bingung bukan..?
Jangankan suadara/i…., sang Alim ulama
tersebut pun bingung dan protes keras dengan mengatakan:
“Wahai Allah..ketika hamba-Mu hidup di dunia, hamba byk melakukan amalan2 shaleh, yg wajib maupun yg sunnah, kenapa Engkau campakkan hamba ke dalam Neraka Jahannam.???
“Wahai Allah..ketika hamba-Mu hidup di dunia, hamba byk melakukan amalan2 shaleh, yg wajib maupun yg sunnah, kenapa Engkau campakkan hamba ke dalam Neraka Jahannam.???
Protes sang ulama tersebut ‘diamini’ pula
oleh kedua malaikat yg senantiasa mencatat amalan2 baik ataupun buruk seorang
manusia 24 jam sehari semalam nonstop yaitu malaikat atib & roqib.
Kemudian
Allah mengatakan kepada kedua malaikat tersebut..
“AKU lebih tau apa yg tidak kalian ketahui…”
“AKU lebih tau apa yg tidak kalian ketahui…”
Kemudian ketika giliran sang pelacur tersebut
disidangkan, Allah memerintahkan kepada Malaikat Ridwan: “Wahai Ridwan…bawalah
perempuan ini masuk ke dalam Surga-KU.”
Ellooo…bukankah dia seorang pezina..?? Makin
bingung bukan.?? Kedua malaikat yg senantiasa mendampingi hidup sang pelacur
tersebut juga mempertanyakan hal yg sama dengan membuka ‘buku catatan Amal”
sang pelacur tadi..dimana lebih banyak catatan amal yg negatif (Maksiat)
daripada yg positif (amal shaleh).
Kemudian Allah swt mengatakan kepada kedua
malaikat tadi: “AKU lebih Tau apa yg kalian tidak Ketahui..”
PERTANYAAN
KITA BERSAMA ADALAH..MENGAPA DEMIKIAN..????
——————————————————————————–
——————————————————————————–
Ternyata, dalam melakukan KETAATAN kepada
Allah swt, sang ‘Alim Ulama’ tersebut terbersit/terselip dalam hatinya sikap
UJUB & SOMBONG, walupun sebesar biji dzarah, dan “MERASA’ bahwa dengan
amalan2nya, pasti akan menghantarkannya ke SURGA-NYA Allah..
Sedangkan sang pelacur tadi, malaupun dalam
melaksanakan ‘KEMAKSIATAN’ kepada Allah dalam kehidupannya sehari2 ( dengan
‘KEADAAN TERPAKSA’ karena Beban Hidup yg harus ditanggungnya..)tetapi dalam
Hatinya yg terdalam.. ada terbersit rasa Berdosa dan dia senantiasa
MENGHARAPKAN PENGAMPUNAN Allah, tetapi Takdir kematian mendahuluinya sebelum
dia sempat bertaubat.
APA HIKMAH
di balik kisah diatas..??
————————————————–
————————————————–
Dari kisah diatas, ternyata apa yg diketahui
ALLAH yg tidak diketahui malaikat atib & raqib yg senantiasa mencatat
amalan2 baik & buruk kita adalah NIAT yg tersimpan atau terbersit dari hati
kita yg terdalam. Allah lah yang MAHA TAU apapun yg menjadi NIAT kita dalam
beribadah… Bukankah Setiap Amal Tergantung Niatnya..????
Diterima/sah atau tidaknya suatu amal
tergantung pada niatnya. Demikian juga setiap orang berhak mendapatkan balasan
sesuai dengan niatnya dalam beramal. Dan yang dimaksud dengan amal disini
adalah semua yang berasal dari seorang hamba baik berupa perkataan, perbuatan
maupun keyakinan hati.
Bukankah Allah hanya MENERIMA amal2 yg NIAT
nya LILLAHI TA’ALA..?? Ketika kita merasa ‘CUKUP’ dengan KEMAMPUAN diri kita
dalam menunaikan kewajiban2 dan amal2 shaleh, tanpa disadari kita telah
‘MELUPAKAN’ Hakikat dari makna ” laa hawla wala quwwata illabillahil ‘aliyil
‘azim” dan merasa bahwa dengan kemampuan diri kita sendirilah kita akan
mendapat balasan surga-Nya. Disaat itulah..akan timbul sifat UJUB & SOMBONG
yg muncul terkadang tanpa disadari. Teringat sabda Rasulullah saw:
1.
Tiada masuk
surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan.
(HR. Muslim)
2.
Keagungan
adalah sarungKu dan kesombongan adalah pakaianKu. Barangsiapa merebutnya (dari
Aku) maka Aku menyiksanya. (HR. Muslim)
3.
Barangsiapa
membanggakan dirinya sendiri dan berjalan dengan angkuh maka dia akan menghadap
Allah dan Allah murka kepadanya. (HR. Ahmad)
4.
Sedikit ilmu
lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia
mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa
bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani).
Pada saat
itu..”Hilanglah’ sikap seorang ‘HAMBA’ dimata KHALIQ-NYA”
Bukankah seorang HAMBA adalah seseorang yg
senantiasa merasa lemah tak berdaya bagaikan seorang bayi yg senantiasa
MEMBUTUHKAN kasih sayang & pertolongan orangtuanya..???
Lupakah kita hadits rasulullah saw berikut
ini:……………….
Seorang masuk surga bukan karena amalnya
tetapi karena RAHMAT Allah Ta’ala. Karena itu bertindaklah yang lurus (baik dan
benar). (HR. Muslim)
Sedangkan bagi sang pelacur, dihatinya yg
terdalam timbul rasa PENYESALAN dan KETIDAK
BERDAYAAN ketika melakukan maksiat sehingga dia senantiasa berdoa dan berharap
akan PERTOLONGAN & PENGAMPUNAN Allah.
Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya.
(HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii’)
Manusia dibangkitkan kembali kelak sesuai dengan
niat-niat mereka. (HR.-Muslim)
Bukankah semestinya itu sikap seorang
HAMBA..??
LAA HAWLA WA LA QUWWATA ILLAH BILLAHIL ALIYIL
ADZIM…..
“Tiada daya untuk dapat MENGHINDAR dari
MAKSIAT dan Tiada upaya untuk bisa MENTAATI Allah…KECUALI dengan IZIN & PERTOLONGAN
ALLAH…”
Pertanyaan kita bersama adalah…?? Bagaimana
seharusnya kita berupaya untuk selalu mendapatkan pertolongan Allah.??
Jawabannya adalah:
Jadilah diri kita sebenar2nya HAMBA yg senantiasa MERASA tdk mampu dan berdaya dihadapan-NYA, yang senantiasa mengharapkan PERTOLONGAN-NYA. Subhanallah…..
Jadilah diri kita sebenar2nya HAMBA yg senantiasa MERASA tdk mampu dan berdaya dihadapan-NYA, yang senantiasa mengharapkan PERTOLONGAN-NYA. Subhanallah…..
Itulah makna
dari hadits yg telah saya kemukakan diatas:………………………….
“Sesungguhnya ada orang secara LAHIRIAH
terlihat berbuat AMAL AHLI SURGA, padahal ia AHLI NERAKA. Dan ada seseorang
yang secara LAHIRIAH ia berbuat AMAL AHLI NERAKA, padahal ia AHLI SURGA” ( HR
Bukhari & Muslim )
Semoga kita semua termaksud Ahli surga dengan
melakukan amal2 shaleh tanpa ada sifat ujub, sombong & merasa mampu dengan
‘kemampuan’ diri sendiri sehingga melupakan ‘ketidakberdayaan’ diri sebagai
seorang HAMBA ALLAH & RAHMAT-NYA. InsyaAllah..amin ya robbal’alamin
Subhanallah…walhamdulillah..walailahaillaallah..Allahu
Akbar..walahawla wala quwwata illabillahil ‘aliyil ‘adziim. Semoga Bermanfaat…
Keagungan
adalah sarungKu dan kesombongan adalah pakaianKu. Barangsiapa merebutnya (dari
Aku) maka Aku menyiksanya. (HR. Muslim)
Sodaraku
kaum muslimin, hendaklah kita berhati hati dengan yang namanaya sifat sombong
karena dalam suatu hadist disebutkan (HR Muslim)
“Tidak
masuk sorga orang yang di dalam hatinya ada sombong walaupun sebesar debu
Keagungan
adalah sarungKu dan kesombongan adalah pakaianKu. Barangsiapa merebutnya (dari
Aku) maka Aku menyiksanya. (HR. Muslim)
Sombong
adalah sifat yang dibenci oleh Allah, oleh karena itu hendaklah kita meninggalkan
jauh jauh sifat tersebut.
Suatu
hari mungkin kita menemui suatu kemudahan dalam urusan kita. Orang lain
bertanya kepada kita bagaimana cara anda menyelesaikan persoalan tersebut.
Dengan lantang dan bangganya anda menjawab "Siapa dulu. Ini semua berkat
usaha keras saya." Nah, dari contoh
di atas kita sering membanggakan diri kita, dan merendahkan orang lain yang
kita anggap di bawah kita kedudukannya. Atau mungkin merasa memiliki sesuatu
yang lebih dari orang lain. Sehingga mengejek atau bahkan merendahkan martabat
orang lain. Na'udzubillah
Kita tidak mengetahui siapa zat yang
memudahkan urusan kita hingga berhasil seperti itu. Kita tidak menyadari,
bagaimana seandainya kemudahan itu tiba-tiba hilang saat kita sedang
membanggakannya. Atau mungkin saat itu nyawa kita dicabut sehingga kita menjadi
orang yang merugi karena mati dalam keadaan su'ul khatimah (mati dalam
keburukan)? Disinilah, saya berusaha
membahas mengenai larangan sombong dalam Islam. Sampai-sampai Rosulullah saw
sendiri sangat membenci orang-orang yang sombong. Mari kita simak ulasan
berikut.
Jangan Sombong
Eits.. tunggu dulu. Kita ingin selamat
dunia ataukah dunia-akhirat. Sebab, kita tentu masih punya kewibawaan meskipun
sikap kita tidak berbanggga-bangga diri. Bahkan orang lain akan lebih
menghargai dan menghormati kita karena kita menghargai orang lain. Bahkan Allah
menantang kita dalam QS. Al Isra’ {17}:37
"Dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi
gunung."
Wah, tentu kita keberatan bila kita disuruh
menembus bumi dan tinggi badan kita tidak dapat menyamai gunung-gunung yang ada
di Bumi. Bagaimana caranya? Terkadang untuk melakukan sesuatu kita juga butuh
orang lain. Meskipun kita berkuasa, toh ujungnya kita memerintahkan
orang lain berbuat sesuati. Bukankah begitu? Begitu saja kok sombong?
Oleh karena itu. seharusnya kita tidak boleh
sombong. Hargai orang lain dan perdulikan nasib orang lain. Sebenarnya ini
merupakan pelajaran bagi kita khususnya pemimpin-pemimpin negeri ini. Jangan
sampai mengorbankan rakyat hanya untuk keperluan pribadi. Ingatlah, kelak kita akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah Tuhan semesta alam. Siapkah kita? Wallahi
bish showab.***
Amanat artinya setiap yang
dibebankan kepada manusia dan mereka diperintahkan memenuhinya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya menunaikan amanat secara sempurna tanpa
menguurangi. Termasuk ke dalam amanat adalah amanat beribadah (seperti shalat,
zakat, puasa dsb.), amanat harta, amanat untuk dirahasiakan dsb. Contoh
menunaikan amanat dalam hal harta adalah dengan menjaganya dan mengembalikan
kepada pemiliknya secara utuh, sedangkan amanat dalam rahasia adalah dengan
menyembunyikannya; tidak membukanya. (Redaksi, www.khotbahjumat.com) ***
Jama’ah Jumat rahimakumllah Syariat Islam adalah syariat yang lengkap dan sempurna. Ia tidak hanya mengajarkan manusia aqidah dan ibadah yang benar saja, tetapi juga mengajarkan akhlak yang mulia. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala:
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat. Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 177).
Pengajaran tentang aqidah ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala, “Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” Pengajaran tentang ibadah ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;…dst. Sedangkan pengajaran tentang akhlak ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala, “Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan…dst.” Ayat di atas menunjukkan bahwa orang yang baik di sisi Allah adalah orang yang hubungannya dengan Allah baik dan hubungannya dengan manusia pun baik. Tidaklah dinamakan orang yang baik di sisi Allah, jika dalam bergaul dengan manusia ia bergaul dengan cara yang baik, tetapi hubungannya dengan Allah tidak baik, atau hubungannya dengan Allah baik, tetapi akhlaknya terhadap manusia buruk. Dengan demikian, aqidah dan ibadah memiliki hubungan yang erat dengan akhlak, oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim, Shahihul Jaami’ no. 1230)
Hadits ini menunjukkan bahwa semakin tinggi iman seseorang, maka semakin baik pula akhlaknya, dan bahwa akhlak yang buruk menunjukkan kekurangan pada imannya. Demikian juga menunjukkan bahwa akhlak merupakan refleksi keimanan dan buahnya. Beberapa Akhlak Islami Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah.
Berikut ini di antara akhlak yang
diperintahkan oleh Islam:
1. Berlaku Jujur Apa Adanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
“Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa seseorang ke surga, dan jika seseorang selalu berlaku jujur serta memilih kejujuran sehingga akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur.” (HR. Bukhari-Muslim)
2. Menunaikan Amanah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا﴿٥٨
﴾ “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…dst.” (QS. An NIsaa’: 58)
Amanat artinya setiap yang dibebankan kepada manusia dan mereka diperintahkan memenuhinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya menunaikan amanat secara sempurna tanpa mengurangi. Termasuk ke dalam amanat adalah amanat beribadah (seperti shalat, zakat, puasa dsb.), amanat harta, amanat untuk dirahasiakan dsb. Contoh menunaikan amanat dalam hal harta adalah dengan menjaganya dan mengembalikan kepada pemiliknya secara utuh, sedangkan amanat dalam rahasia adalah dengan menyembunyikannya; tidak membukanya.
3. Menepati Janji Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُ ۚ وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا ﴿٣٤
﴾ “Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawabannya.” (QS. Al Israa’: 34) Menyalahi janji adalah salah satu ciri orang munafik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu tiga; jika berbicara berdusta, jika berjanji menyalahi dan jika dipercaya khianat.” (HR. Bukhari-Muslim, dan dalam riwayat keduanya dari hadis Abdullah bin ‘Amr ada tambahan “Dan jika bertengkar berbuat jahat.”)
4. Tawadhu’ (berendah diri) Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ ﴿٨٨﴾ “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al Hijr: 88) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ اَللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا, حَتَّى لَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ, وَلَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk bertawadhu’, sehingga tidak ada lagi orang yang bersikap sombong dan angkuh terhadap yang lain.” (HR. Muslim)
5. Berbakti Kepada Orang Tua وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ ﴿١٤﴾ وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖوَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٥﴾ “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.—Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…dst.” (QS. Luqman: 14-15)
6. Menyambung Tali Silaturrahim (Hubungan Kekeluargaan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ أََحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturrahim.” (HR. Bukhari)
1. Berlaku Jujur Apa Adanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا
“Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan akan membawa seseorang ke surga, dan jika seseorang selalu berlaku jujur serta memilih kejujuran sehingga akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang sangat jujur.” (HR. Bukhari-Muslim)
2. Menunaikan Amanah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا﴿٥٨
﴾ “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…dst.” (QS. An NIsaa’: 58)
Amanat artinya setiap yang dibebankan kepada manusia dan mereka diperintahkan memenuhinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya menunaikan amanat secara sempurna tanpa mengurangi. Termasuk ke dalam amanat adalah amanat beribadah (seperti shalat, zakat, puasa dsb.), amanat harta, amanat untuk dirahasiakan dsb. Contoh menunaikan amanat dalam hal harta adalah dengan menjaganya dan mengembalikan kepada pemiliknya secara utuh, sedangkan amanat dalam rahasia adalah dengan menyembunyikannya; tidak membukanya.
3. Menepati Janji Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُ ۚ وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا ﴿٣٤
﴾ “Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawabannya.” (QS. Al Israa’: 34) Menyalahi janji adalah salah satu ciri orang munafik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda orang munafik itu tiga; jika berbicara berdusta, jika berjanji menyalahi dan jika dipercaya khianat.” (HR. Bukhari-Muslim, dan dalam riwayat keduanya dari hadis Abdullah bin ‘Amr ada tambahan “Dan jika bertengkar berbuat jahat.”)
4. Tawadhu’ (berendah diri) Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ ﴿٨٨﴾ “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al Hijr: 88) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ اَللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا, حَتَّى لَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ, وَلَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku untuk bertawadhu’, sehingga tidak ada lagi orang yang bersikap sombong dan angkuh terhadap yang lain.” (HR. Muslim)
5. Berbakti Kepada Orang Tua وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ ﴿١٤﴾ وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖوَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٥﴾ “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.—Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik…dst.” (QS. Luqman: 14-15)
6. Menyambung Tali Silaturrahim (Hubungan Kekeluargaan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ أََحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturrahim.” (HR. Bukhari)
7. Berlaku
Baik kepada Tetangga
Memuliakan Tamu Dalil berbuat baik kepada tetangga dan memuliakan tamu disebutkan dalam hadits berikut: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكِْرمْ ضَيْفَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia muliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari-Muslim)
8. Dermawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ اللهَ تَعَالَى جَوَّادٌ يُحِبُّ الْجُوْدَ وَ يُحِبُّ مَعَالِيَ الْأَخْلاَقَ وَ يَكْرَهُ سَفْسَافَهَا “Sesungguhnya Allah Ta’alah Maha Pemurah, Dia mencintai sifat pemurah (dermawan), Dia mencintai akhlak yang tinggi dan membenci akhlak yang rendah.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, dan Abu Nu’aim dalam Al Hilyah, Shahihul Jaami’ no. 1744)
9. Santun dan Pemaaf Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنكُمْ وَالسَّعَةِ أَن يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّـهُ لَكُمْ ۗوَاللَّـهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٢٢﴾ “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?” (QS. An Nuur: 22) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ “Sedekah tidaklah mengurangi harta. Allah tidaklah menambahkan hamba-Nya yang selalu memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu’ karena Allah kecuali Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)
10. Mendamaikan Manusia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَ الصَّلاَةِ وَ الصَّدَقَةِ ؟ إِصْلاَحُ ذَاتَ الْبَيْنِ فَإِنَّ فَسَادَ ذاَتَ الْبَيْنِ هِيَ الْحَالِقَةُ “Maukah kamu aku beritahukan hal yang lebih utama dari derajat puasa, shalat dan sedekah (sunat)? Yaitu mendamaikan orang yang bermusuhan, karena merusak hubungan adalah yang memangkas (agama).” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani no. 2595)
11. Malu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: اَلْحَيَاءُ مِنْ اَلْإِيمَانِ “Malu termasuk bagian dari iman.” (HR. Bukhari-Muslim) اَلْحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلاَّ بِخَيْرٍ “Malu tidaklah mendatangkan selain kebaikan.” (HR. Bukhari-Muslim)
12. Berkasih Sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: اِرْحَمُوْا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ “Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya yang ada di atas langit (Allah) akan menyayangimu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Hakim, Shahihul Jami’ no. 3522)
13. Berlaku adil. Allah Ta’ala berfirman: إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾ “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan, memberi kepada kaum kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An Nahl: 90)
14. Menjaga Kesucian Diri (Iffah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: اِضْمَنُوْا لِيْ سِتَّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنْ لَكُمُ الْجَنَّةَ اُصْدُقُوْا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَ أَوْفُوْا إِذَا وَعَدْتُمْ وَ أَدُّوْا إِذَا ائْتُمِنْتُمْ وَ احْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ وَ غَضُّواْ أَبْصَارَكُمْ وَ كُفُّوْا أَيْدِيَكُمْ “Berjanjilah untukku untuk melakukan enam perkara, niscaya aku akan menjanjikan kamu surga; berkatalah yang benar ketika kamu berbicara, penuhilah janji ketika kamu berjanji, tunaikanlah amanat ketika kamu diamanati, jagalah kehormatanmu, tundukkanlah pandanganmu dan tahanlah tanganmu (dari melakukan yang tidak dibolehkan secara syara’).” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim dan Baihaqi dalam Asy Syu’ab, dan dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 1018).
Memuliakan Tamu Dalil berbuat baik kepada tetangga dan memuliakan tamu disebutkan dalam hadits berikut: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكِْرمْ ضَيْفَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia muliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari-Muslim)
8. Dermawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّ اللهَ تَعَالَى جَوَّادٌ يُحِبُّ الْجُوْدَ وَ يُحِبُّ مَعَالِيَ الْأَخْلاَقَ وَ يَكْرَهُ سَفْسَافَهَا “Sesungguhnya Allah Ta’alah Maha Pemurah, Dia mencintai sifat pemurah (dermawan), Dia mencintai akhlak yang tinggi dan membenci akhlak yang rendah.” (HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, dan Abu Nu’aim dalam Al Hilyah, Shahihul Jaami’ no. 1744)
9. Santun dan Pemaaf Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنكُمْ وَالسَّعَةِ أَن يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّـهُ لَكُمْ ۗوَاللَّـهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٢٢﴾ “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?” (QS. An Nuur: 22) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ “Sedekah tidaklah mengurangi harta. Allah tidaklah menambahkan hamba-Nya yang selalu memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu’ karena Allah kecuali Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim)
10. Mendamaikan Manusia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَ الصَّلاَةِ وَ الصَّدَقَةِ ؟ إِصْلاَحُ ذَاتَ الْبَيْنِ فَإِنَّ فَسَادَ ذاَتَ الْبَيْنِ هِيَ الْحَالِقَةُ “Maukah kamu aku beritahukan hal yang lebih utama dari derajat puasa, shalat dan sedekah (sunat)? Yaitu mendamaikan orang yang bermusuhan, karena merusak hubungan adalah yang memangkas (agama).” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani no. 2595)
11. Malu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: اَلْحَيَاءُ مِنْ اَلْإِيمَانِ “Malu termasuk bagian dari iman.” (HR. Bukhari-Muslim) اَلْحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلاَّ بِخَيْرٍ “Malu tidaklah mendatangkan selain kebaikan.” (HR. Bukhari-Muslim)
12. Berkasih Sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: اِرْحَمُوْا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ “Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya yang ada di atas langit (Allah) akan menyayangimu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Hakim, Shahihul Jami’ no. 3522)
13. Berlaku adil. Allah Ta’ala berfirman: إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾ “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat ihsan, memberi kepada kaum kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An Nahl: 90)
14. Menjaga Kesucian Diri (Iffah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: اِضْمَنُوْا لِيْ سِتَّا مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَضْمَنْ لَكُمُ الْجَنَّةَ اُصْدُقُوْا إِذَا حَدَّثْتُمْ وَ أَوْفُوْا إِذَا وَعَدْتُمْ وَ أَدُّوْا إِذَا ائْتُمِنْتُمْ وَ احْفَظُوْا فُرُوْجَكُمْ وَ غَضُّواْ أَبْصَارَكُمْ وَ كُفُّوْا أَيْدِيَكُمْ “Berjanjilah untukku untuk melakukan enam perkara, niscaya aku akan menjanjikan kamu surga; berkatalah yang benar ketika kamu berbicara, penuhilah janji ketika kamu berjanji, tunaikanlah amanat ketika kamu diamanati, jagalah kehormatanmu, tundukkanlah pandanganmu dan tahanlah tanganmu (dari melakukan yang tidak dibolehkan secara syara’).” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim dan Baihaqi dalam Asy Syu’ab, dan dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jaami’ no. 1018).
KISAH SEORANG ALIM DAN
SEORANG PELACUR ... sebuah petikan ibroh.."
Dikisahkan, seorang alim yang bertetangga dengan seorang pelacur.
Setiap kali orang alim ini memandang rumah sang pelacur, dalam pikirannya yang
terbayang/ terlintas adalah sang pelacur itu pasti selalu melakukan perbuatan
mesum. Prasangka buruk itu selalu terlintas dibenaknya setiap kali dia teringat
akan si pelacur tersebut. Prasangka itu sudah merasuk kedalam jiwanya, sehingga
dia sangat membenci dan jijik dengan pelacur tersebut. Ingin rasanya dia
mengusir dari samping rumahnya, namun dia sangat dikenal sebagai orang yang
bijak dan adil dalam mengambil keputusan. Sehingga keputusan untuk mengusir
dari samping rumahnya dibatalkan karena takut dinilai masyarakat dia tidak
bijak dalam memutuskan.
Namun sebaliknya, Jika sang pelacur melihat rumah orang alim tadi,
hatinya selalu bergejolak dan bergetar. Penyesalan dan tangisan yang mendalam
selalu tersimpan dalam hatinya. Batinnya selalu berdo’a :
“ Betapa Mulianya Engkau ya Allah, memiliki hamba yang alim dan
bijaksana seperti tetanggaku ini, sementara aku bergelimang dengan lumuran
dosa. Dia menjadi orang yang disegani dan dihormati dengan masyarakat. Banyak
orang dari berbagai pelosok berkunjung ke rumahnya, menimba ilmu serta memohon
do’a restu darinya. “
“ Ya Allah, aku sangat ingin seperti dirinya, hidup terhormat,
disegani dan jauh dari dosa serta perbuatan maksiat. Ya Allah, tunjukkan aku
pada jalan-Mu yang benar, mudahkanlah keinginanku ini, dan janganlah Engkau
biarkan aku dalam keadaaan tersesat seperti ini. “
Demikianlah pikiran dari sang pelacur tadi. Setiap hari jika sang
pelacur ini melihat rumah tetangganya, dia selalu berdo’a dan selalu berpikiran
baik untuk dirinya. Dia sangat kagum, takjub, senang dan bangga terhadap
perilaku seorang yang alim tadi. Namun prasangka seorang yang alim tadi justru
sebaliknya, dia semakin geram dan benci saja dengan tetangganya tersebut.
Pendek cerita, tibalah hari pembalasan.
Orang alim tersebut diseret oleh malaikat ke pintu neraka. Dia
protes “ Kalian pasti salah, coba buka kembali catatan amal dan ibadahku selama
ini “. Malaikatpun membuka dan membacakannya, “ Betul sekali engkau tercatat
sebagai seorang yang saleh dan alim. Buku ini penuh dengan rekaman amal dan
kebajikanmu. Tetapi satu hal yang membuat Allah murka dan tidak ridha denganmu,
engkau selalu melihat orang lain dengan prasangka burukmu. Contoh nyatanya,
seorang pelacur tetanggamu, selalu kau lihat dengan penuh kebencian dan tanpa
belas kasihan sedikitpun. Lupakah engkau bahwa Allah menciptakan surga dan
neraka untuk hambanya. Dia yang lebih berhak menentukan hambanya ditempatkan
pada Surga atau Neraka “.
Sementara disisi lain, seorang pelacur tadi justru diantarkan
malaikat menuju pintu Surga. Dia pun protes seperti halnya seorang yang alim
tadi, “ Apakah kalian tidak salah dalam membaca catatan amal ibadahku ?,
sepertinya aku tidak tepat di tempatkan di Surga. Bukankah saya lebih banyak
berbuat dosa dan maksiat selama di dunia ? “. Lalu malaikat menjawab, “ Ada
satu hal kecil yang nampaknya sepele tapi sering diabaikan manusia, justru itu
yang membuat Allah ridha dengan perilaku hambanya. Engkau selalu menaruh
harapan yang baik kepada Allah dan selalu Khusnudzon terhadap sesama manusia.
Ketahuilah Allah menciptakan Surga dan neraka untuk hambanya yang terpilih.
Dialah yang lebih berhak untuk menentukannya. “
Kisah sufi ini menginspirasikan kita sebagai hamba yang hina tentang perlunya selalu berpikir dan memiliki harapan yang baik kepada Allah. Sebagaimana pesan Al qur’an dan alhadits : “ Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, Ana inda dzanni abdibi (aku mengikuti prasangka hamba-Ku). “ Maksudnya, jika kita memiliki pengharapan yang baik kepada Allah, niscara Allah akan memberikan harapan yang baik pula kepada kita, namun jika kita berfikir sebaliknya, maka keburukanpun yang akan kita dapatkan. “
Kisah sufi ini menginspirasikan kita sebagai hamba yang hina tentang perlunya selalu berpikir dan memiliki harapan yang baik kepada Allah. Sebagaimana pesan Al qur’an dan alhadits : “ Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, Ana inda dzanni abdibi (aku mengikuti prasangka hamba-Ku). “ Maksudnya, jika kita memiliki pengharapan yang baik kepada Allah, niscara Allah akan memberikan harapan yang baik pula kepada kita, namun jika kita berfikir sebaliknya, maka keburukanpun yang akan kita dapatkan. “
Manusia Yang Sombong
Tuhannya agar menolongnya, sampai ada batang pisang yg menabrak rumahnya, orang alim itu kaget, dia semakin khusyu’ berdo’a. kemudian ada helicopter melihat orang itu, dia menurunkan tali agar orang itu mengambil talinya dan naik ke helicopter, tapi orang alim itu berkata "silahkan kalian pergi, krn Tuhan akan menolong saya", awak helicopter sampai turun dan memeluk orang alim itu agar mau ikut bersamanya tapi orang alim itu tetap berkata "silahkan kalian pergi, krn Tuhan akan menolong saya" karena banjir semakin tinggi dan tidak mungkin lagi menunggu, akhirnya helicopter meninggalkan orang alim itu. Banjir sudah menghanyutkan seluruh kampung, termasuk orang alim itu, dia mati dengan mengenaskan.
Singkat cerita, waktu di alam barzah, orang alim itu protes pada Tuhannya, “Tuhan, aku sudah beribadah kepadaMu, aku tidak pernah melakukan dosa, selalu menjalankan perintah2Mu, tapi mengapa saat aku butuh pertolongan Engkau tidak ada? Engkau tidak menolongku? Kemudian apa jawab Tuhan, wahai orang sombong… tahukah kamu siapa yang mengirim perahu utk menolongmu? Itu Aku… tapi kamu menolaknya, tahukah kamu siapa yg mengirim batang pisang yg menabrak rumahmu? Itu Aku… tapi kamu menolaknya, tahukah kamu siapa yang mengirim helicopter kepadamu? Itu Aku… tapi kamu menolaknya… sesungguhnya kamu termasuk golongan orang2 yang sombong…
“Sesungguhnya ada orang secara LAHIRIAH
terlihat berbuat AMAL AHLI SURGA, padahal ia AHLI NERAKA. Dan ada seseorang
yang secara LAHIRIAH ia berbuat AMAL AHLI NERAKA, padahal ia AHLI SURGA” ( HR
Bukhari & Muslim )
Ada sebuah kisah tentang seorang Alim Ulama
& Pelacur yg dihadapkan ke Pengadilan ALLAH azza wa jalla di hari akhirat
dimana mereka berdua dengan didampingi oleh malaikat atib & roqib menunggu
keputusan Allah apakah akan dimasukkan ke dalam Surga atau Neraka.
Ketika giliran ‘Alim ulama’ tersebut, Allah
swt memerintahkan malaikatul Malik, ‘ Wahai Malik, campakkan orang ini ke dalam
Neraka Jahannam.’
Saudara/i Bingung bukan..?
Jangankan suadara/i…., sang Alim ulama
tersebut pun bingung dan protes keras dengan mengatakan:
“Wahai Allah..ketika hamba-Mu hidup di dunia, hamba byk melakukan amalan2 shaleh, yg wajib maupun yg sunnah, kenapa Engkau campakkan hamba ke dalam Neraka Jahannam.???
“Wahai Allah..ketika hamba-Mu hidup di dunia, hamba byk melakukan amalan2 shaleh, yg wajib maupun yg sunnah, kenapa Engkau campakkan hamba ke dalam Neraka Jahannam.???
Protes sang ulama tersebut ‘diamini’ pula
oleh kedua malaikat yg senantiasa mencatat amalan2 baik ataupun buruk seorang
manusia 24 jam sehari semalam nonstop yaitu malaikat atib & roqib.
Kemudian Allah mengatakan kepada kedua
malaikat tersebut..
“AKU lebih tau apa yg tidak kalian ketahui…”
Kemudian ketika giliran sang pelacur tersebut
disidangkan, Allah memerintahkan kepada Malaikat Ridwan: “Wahai Ridwan…bawalah
perempuan ini masuk ke dalam Surga-KU.”
Elo…bukankah dia seorang pezina..?? Makin
bingung bukan.??
Kedua malaikat yg senantiasa mendampingi
hidup sang pelacur tersebut juga mempertanyakan hal yg sama dengan membuka
‘buku catatan Amal” sang pelacur tadi..dimana lebih banyak catatan amal yg
negatif (Maksiat) daripada yg positif (amal shaleh).
Kemudian Allah swt mengatakan kepada kedua
malaikat tadi: “AKU lebih Tau apa yg kalian tidak Ketahui..”
PERTANYAAN
KITA BERSAMA ADALAH..MENGAPA DEMIKIAN..????
——————————————————————————–
Ternyata, dalam melakukan KETAATAN kepada Allah swt, sang ‘Alim Ulama’ tersebut terbersit/terselip dalam hatinya sikap UJUB & SOMBONG, walupun sebesar biji dzarah, dan “MERASA’ bahwa dengan amalan2nya, pasti akan menghantarkannya ke SURGA-NYA Allah..
——————————————————————————–
Ternyata, dalam melakukan KETAATAN kepada Allah swt, sang ‘Alim Ulama’ tersebut terbersit/terselip dalam hatinya sikap UJUB & SOMBONG, walupun sebesar biji dzarah, dan “MERASA’ bahwa dengan amalan2nya, pasti akan menghantarkannya ke SURGA-NYA Allah..
Sedangkan sang pelacur tadi, malaupun dalam
melaksanakan ‘KEMAKSIATAN’ kepada Allah dalam kehidupannya sehari2 ( dengan
‘KEADAAN TERPAKSA’ karena Beban Hidup yg harus ditanggungnya..)tetapi dalam
Hatinya yg terdalam.. ada terbersit rasa Berdosa dan dia senantiasa
MENGHARAPKAN PENGAMPUNAN Allah, tetapi Takdir kematian mendahuluinya sebelum
dia sempat bertaubat.
APA HIKMAH
di balik kisah diatas..??
————————————————–
————————————————–
Dari kisah diatas, ternyata apa yg diketahui
ALLAH yg tidak diketahui malaikat atib & raqib yg senantiasa mencatat
amalan2 baik & buruk kita adalah NIAT yg tersimpan atau terbersit dari hati
kita yg terdalam.
Allah lah yang MAHA TAU apapun yg menjadi
NIAT kita dalam beribadah…
Bukankah Setiap Amal Tergantung Niatnya..????
Diterima/sah atau tidaknya suatu amal
tergantung pada niatnya. Demikian juga setiap orang berhak mendapatkan balasan
sesuai dengan niatnya dalam beramal. Dan yang dimaksud dengan amal disini
adalah semua yang berasal dari seorang hamba baik berupa perkataan, perbuatan
maupun keyakinan hati. (Harap Baca Note ana tentang NIAT)
Bukankah Allah hanya MENERIMA amal2 yg NIAT
nya LILLAHI TA’ALA..??
Ketika kita merasa ‘CUKUP’ dengan KEMAMPUAN
diri kita dalam menunaikan kewajiban2 dan amal2 shaleh, tanpa disadari kita
telah ‘MELUPAKAN’ Hakikat dari makna ” laa hawla wala quwwata illabillahil
‘aliyil ‘azim” dan merasa bahwa dengan kemampuan diri kita sendirilah kita akan
mendapat balasan surga-Nya.
Disaat itulah..akan timbul sifat UJUB &
SOMBONG yg muncul terkadang tanpa disadari.
Teringat sabda Rasulullah saw:
Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan. (HR. Muslim)
Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan. (HR. Muslim)
Keagungan adalah sarungKu dan kesombongan
adalah pakaianKu. Barangsiapa merebutnya (dari Aku) maka Aku menyiksanya. (HR.
Muslim)
Barangsiapa membanggakan dirinya sendiri dan
berjalan dengan angkuh maka dia akan menghadap Allah dan Allah murka kepadanya.
(HR. Ahmad
Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah.
Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah
(dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan
pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani)
Pada saat itu..”Hilanglah’ sikap seorang
‘HAMBA’ dimata KHALIQ-NYA”
Bukankah seorang HAMBA adalah seseorang yg
senantiasa merasa lemah tak berdaya bagaikan seorang bayi yg senantiasa
MEMBUTUHKAN kasih sayang & pertolongan orangtuanya..???
Lupakah kita hadits rasulullah saw berikut
ini:
Seorang masuk surga bukan karena amalnya
tetapi karena RAHMAT Allah Ta’ala. Karena itu bertindaklah yang lurus (baik dan
benar). (HR. Muslim)
Sedangkan bagi sang pelacur, dihatinya yg
terdalam timbul rasa PENYESALAN dan KETIDAK BERDAYAAN ketika melakukan maksiat
sehingga dia senantiasa berdoa dan berharap akan PERTOLONGAN & PENGAMPUNAN
Allah.
Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya.
(HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii’)
Manusia dibangkitkan kembali kelak sesuai
dengan niat-niat mereka. (HR.-Muslim)
Bukankah semestinya itu sikap seorang
HAMBA..??
LAA HAWLA WA LA QUWWATA ILLAH BILLAHIL ALIYIL
ADZIM…..
“Tiada daya untuk dapat MENGHINDAR dari
MAKSIAT dan Tiada upaya untuk bisa MENTAATI Allah…KECUALI dengan IZIN &
PERTOLONGAN ALLAH…”
Pertanyaan
kita bersama adalah…??
Bagaimana seharusnya kita berupaya untuk selalu mendapatkan pertolongan Allah.??
Bagaimana seharusnya kita berupaya untuk selalu mendapatkan pertolongan Allah.??
Jawabannya
adalah:
Jadilah diri kita sebenar2nya HAMBA yg senantiasa MERASA tdk mampu dan berdaya dihadapan-NYA, yang senantiasa mengharapkan PERTOLONGAN-NYA.
Jadilah diri kita sebenar2nya HAMBA yg senantiasa MERASA tdk mampu dan berdaya dihadapan-NYA, yang senantiasa mengharapkan PERTOLONGAN-NYA.
Subhanallah…..
Itulah makna dari hadits yg telah dikemukakan
di atas: “Sesungguhnya ada orang secara LAHIRIAH terlihat berbuat AMAL AHLI
SURGA, padahal ia AHLI NERAKA. Dan ada seseorang yang secara LAHIRIAH ia
berbuat AMAL AHLI NERAKA, padahal ia AHLI SURGA” ( HR Bukhari & Muslim )
Semoga kita semua termaksud Ahli surga dengan
melakukan amal2 shaleh tanpa ada sifat ujub, sombong & merasa mampu dengan
‘kemampuan’ diri sendiri sehingga melupakan ‘ketidakberdayaan’ diri sebagai
seorang HAMBA ALLAH & RAHMAT-NYA. InsyaAllah..amin ya robbal’alamin.
Subhanallah…walhamdulillah..walailahaillaallah..Allahu
Akbar..
walahawla wala quwwata illabillahil ‘aliyil ‘adziim. Semoga Bermanfaat…
walahawla wala quwwata illabillahil ‘aliyil ‘adziim. Semoga Bermanfaat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar